Perjalanan Panjang meraih Beasiswa Fulbright (Part 2)

 


 
Tips untuk esai Personal Statement (PS)

Beasiswa Fulbright mensyaratkan dua esai, yaitu Personal Statement (PS) dan Study Objective (SO). Kedua esai ini memiliki peran yang sangat penting dan critical. Bisa jadi kualifikasi pada aspek lain memiliki bobot pas-pasan, namun dengan esai PS dan SO yang menarik dan unik, maka kesempatan untuk bisa lolos menjadi awardee semakin terbuka lebar.

Nah, tulisan kedua ini akan berusaha untuk membedah esai PS berdasarkan pengalaman pribadi dalam mengikuti seleksi beasiswa Fulbright tahun 2021. Esai PS yang dibahas dalam tulisan ini yaitu esai setelah melalui proses proofreading oleh alumni Fulbright, sehingga salah satu hal paling mencolok yaitu pada kalimat pertama yang menyebutkan status diri sebagai kandidat beasiswa Fulbright which is not mentioned in the initial essay.

*) Disclaimer sekali lagi, penjelasan esai Personal Statement (PS) ini berdasarkan pengalaman pribadi, sehingga bisa jadi berbeda dengan penjelasan dari kandidat lainnya.     

Secara umum, esai PS dibagi ke dalam 6 paragraf yang masing-masingnya menjelaskan tentang:

  1. Explaining your educational backrgound
  2. Describing your practical experiences in the field of interest
  3. Describing your special/Particular Interest
  4. Explaining your career Plans/Future Aspiration 
  5. Describing any significant factors that have influenced your educational and professional development.
  6. Explaining how long you have had practical experience regarding your proposed field of study and why more education is still needed in that area?

Berikut merupakan esai PS setelah lolos tahap interview dan melalui proses proofreading oleh Fulbright Alumni:

"I would like to pursue a master’s degree in Public Administration with a specialization in nonprofit management through Fulbright Scholarship. My interest in public administration started when I failed to prevent my 15-years-old brother from smoking behavior. I realized that this problem is not only caused by the addiction effect of nicotine but also the policy incompetence in protecting teenagers against tobacco and other substance use. Even though there is any restriction to sell any tobacco product to teenagers, they can still purchase retail cigarettes which lead them to other substances such as alcohol and drugs. Since that, I dedicate myself to help teenagers with substance abuse disorder so that no more young people are engaged with tobacco and substance use problems in the future.

High concern on addiction issues drives me to currently work in a nonprofit organization helping people associated with substance abuse disorders from addiction and discrimination, namely Ghanation Foundation. As a counselor, I am responsible to identify issues and create goals and treatment plans as well as helping clients find occupations or reestablish their careers. In 2020, I led an aftercare program to facilitate 20 clients with some vocational skills such as barbershop, screen printing, and handicraft. As a result, a few of them get better jobs after recovery, while the others are getting discriminated from due to their past substance use. That experience has opened my mind with a new problem that discrimination against these people may still occur, even though rehabilitation service had been given.

Working in a social service nonprofit since 2019 has strengthened my interest in the nonprofit management area. Also, my experience when participating in the Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) Academic Fellowship in the United States in 2019 has equipped me with a strong foundation of how social entrepreneurship approaches could be applied into nonprofit contexts. At that time, I took a specialized course in social entrepreneurship and did a study visit to Devereux Foundation in Georgia to get a practical understanding of this field. Hence, I wish that learning more about nonprofit management will advance my career to become an effective nonprofit practitioner.

Through those basic understandings, I plan to return to Ghanation Foundation upon completion of a master's study and building a social enterprise that accommodates and empowers persons with former substance abuse disorders. I will come up with the idea to build an integrated institution combining social rehabilitation services and industrial areas that produced different high-quality products and services so that, after the recovery, that kind of people can work and earn money without getting any form of discrimination. To realize it, I would like to access grants and funding supports to donor institutions as well as doing fundraising and public campaigns.

Regardless of those missions, deciding to pursue a career in nonprofits is not easy since I thought that this sector typically has little resources to reward its employees with promotions and high salaries. However, it changed when I had an opportunity to meet and talk with some NGO managers in Georgia State. They advised me that the sense of fulfillment when helping persons with drug dependence recovered could never be traded off by money. Since that discussion, being a part of nonprofits for me is not only for working but a life calling.

Finally, I firmly believe that my bachelor's study and my 3-years of working experience in this nonprofit organization have been sufficient enough to support my further study. Pursuing a master's degree in public administration specializing in nonprofit management will support my mission to improve the life’s quality of persons with former drug dependences."

Sesuai dengan namanya, esai ini diharapkan bisa menghubungkan tiga hal secara spesifik yaitu sisi personal/pengalaman kita, area/bidang studi yang akan kita ambil, dan karir paska studi. Secara umum, tetap harus berada dalam logika “problem-solution”. 

Tips pada paragraf pertama adalah jelaskan latar belakang keilmuan kalian dengan mengangkat pengalaman personal serta problem kekinian, contoh milik saya adalah pada isu penyalahgunaan Narkoba. Hal ini, menurut saya, lebih interesting and catchy sebagai paragraf pembuka, dibandingkan dengan hanya menyebutkan jurusan dan prestasi kita. Dengan metode seperti itu, kalian bisa meyakinkan assesor (penilai) bahwa pengalaman personal kalian memiliki hubungan kuat dengan isu/problem kekinian yang selanjutnya berkaitan dengan action yang kalian lakukan. 

Pada paragraf kedua, saya menjelaskan tentang pengalaman praktis di bidang yang membuat saya tertarik. Saya mulai dengan memberikan statement yang memjembatani antara concerned issue dengan pekerjaan/aktivitas saat ini. Tips untuk paragraf ini adalah sampaikan satu hal/pengalaman terbaik versi kalian secara spesifik atau metode SMART (Specific, Measurable, Attainable, Rationale, and Time-Bound), mulai dari goals dari pekerjaan kalian, peran signifikan kalian, rentang waktu pelaksanaan, jumlah penerima manfaat, sampai luaran/hasil/dampak dari program/pekerjaan yang kalian tangani. Beasiswa Fulbright memiliki preferensi tinggi terhadap applicants yang mampu menunjukkan sisi “community services” dari pekerjaan/profesi apapun itu.

Pada paragraf ketiga, saya menjelaskan tentang area/bidang spesifik dengan menjelaskan bahwa ketertarikan saya di bidang tersebut dipengaruhi oleh pekerjaan di lembaga nonprofit dan pengalaman saat program pertukaran pemuda di Amerika Serikat tahun 2019 lalu. Pada dasarnya, saya menuliskan secara spesifik bagaimana pengalaman saya di program tersebut kemudian membentuk ketertarikan saya di bidang manajemen nonprofit yang juga merupakan spesialisasi pada program master yang akan saya ambil di Amerika Serikat. Tips pada paragraf ini adalah lihat spesialisasi/konsentrasi/orientasi pada program studi di universitas preferensi kalian, kemudian hubungkan dengan pengalaman kerja/kegiatan kalian. Meskipun begitu, tidak disarankan untuk menyebutkan nama universitas secara spesifik.      

Pada paragraf  keempat, saya menjelaskan tentang perencanaan karir saya setelah menyelesaikan studi master. Tips pada paragraf ini adalah menjelaskan secara spesifik bentuk karir yang akan dilakukan ke depan beserta cara untuk mencapainya. Seperti pada esai diatas, saya berencana untuk mengembangkan program paska rehabilitasi kepada pecandu yang sudah direhabilitasi agar bisa berdaya dan mandiri. Salah satu caranya dengan mengakses hibah dana dari lembaga donor yang saya peroleh selama masa studi di Amerika Serikat.

Pada paragraf kelima, saya mencoba menceritakan salah satu cuplikan pengalaman yang merubah pandangan terhadap profesi seorang pekerja NGO. Pada intinya, paragraf ini meminta hal-hal yang mempengaruhi pengembangan profesi dan pendidikanmu sampai sejauh ini, misal nasihat seorang mentor/advisor, pengalaman pribadi, atau aspek eksternal lainnya. Tips pada paragraf ini adalah menyebutkan secara spesifik aspek eksternal tersebut. Misalnya, cuplikan pengalaman yang merubah cara pandang, ya sebutkan kegiatan apa, dimana, dan mengapa mampu mengubah cara pandang. Ataupun jika nasihat seseorang, sebutkan orangnya siapa, pesannya seperti apa, dan why that really matters to you.  

Pada paragraf keenam, saya menutup esai ini dengan meyakinkan assesor (penilai) bahwa saya sangat layak dan butuh untuk melanjutkan studi ke jenjang S2. Oleh karena itu, saya menyebutkan gelar sarjana dan pengalaman di bidang nonprofit selama 3 tahun telah cukup untuk bisa melanjutkan studi ke jenjang master. Tips pada paragraf ini adalah tuliskan rangkuman dari paragraf-paragraf sebelumnya menjadi satu kalimat utuh.

Tahap akhir dari penulisan esai adalah proofreading kepada senior atau orang yang lebih berpengalaman, terutama berkaitan dengan flow dari esai kita dan apakah esai kita memiliki koherensi yang kuat. Thanks. Selamat mencoba.

 

Link ke part 3: http://parlaunganasution.blogspot.com/2022/06/perjalanan-panjang-meraih-beasiswa.html


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Panjang meraih Beasiswa Fulbright (Part 1)

Perjalanan Panjang meraih Beasiswa Fulbright (Part 3)