INVESTASI ATAU MENJUAL INDONESIA ?




Indonesia negara kaya dengan potensi alam yang melimpah, ditambah lagi dengan letak Indonesia yang strategis yaitu terletak diantara dua benua dan dua samudra.
Secara geopolitik, Indonesia mampu menjadi bangsa yang besar karena terletak di jalur perdagangan dunia. Iya, semua orang mengetahui hal itu, semua orang mempelajari hal itu, namun realitasnya tidak semudah itu.
Menurut data dari CIA World Factbook jumlah penduduk usia produktif Indonesia di tahun 2015 sekitar 66,5 % dengan rincian 82,1 juta laki-laki dan 81, 3 juta perempuan. Itu artinya, penduduk usia produktif akan lebih banyak dibandingkan yang tidak produktif sehingga mengurangi angka ketergantungan (dependency racio). Fenomena ini disebut sebagai bonus demografi dan menjadi potensi luar biasa bagi Indonesia. Iya, semua orang mengetahui hal itu, semua orang mempelajari hal itu, namun relitasnya tidak semudah itu.
Investasi atau menjual
Di awal pemerintahannya, presiden Jokowi mengunjungi beberapa negara di asia serta banyak menghadiri konferensi internasional. Dalam beberapa pidatonya di acara tersebut, beliau mengajak kepada investor-investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia dengan penawaran-penawaran yang menguntungkan nantinya. Seperti saat KTT APEC di Beijing China, Presiden Jokowi menawarkan peluang investasi ke hadapan CEO dunia dengan janji akan memangkas proses perijinan investasi.
Secara kasat mata, terlihat suatu kemajuan dari kebijakan nasional kita yang ingin meningkatkan investasi asing di dalam negeri. Namun, kita melupakan hal yang lebih substansial dan mendasar yaitu prinsip berdikari yang dikatakan oleh presiden pertama kita Ir. Soekarno. Kita bisa bayangkan apabila semua investasi asing yang selama ini ada di Indonesia tiba-tiba dicabut oleh pemiliknya, perekonomian Indonesia akan melemah serta menimbulkan masalah lainnya. Itu artinya, kita bangsa Indonesia masih bergantung kepada pihak asing, apa ini yang dikatakan merdeka, apa perbedaan investasi dengan menjual aset tanah air kita. Iya, investasi merupakan bentuk manifestasi aksi menjual di era globalisasi ini.
Pada awal tahun 2014, tercatat investasi asing sebanyak Rp 150 triliun atau 67,3 persen, sedangkan investasi asing domestic hanya Rp 72,8 triliun atau 32,7 persen. Meskipun kalah secara jumlah, pertumbuhan investasi domestic lebih besar daripada asing, yaitu 20,2 persen. Terlepas dari angka, hal yang lebih substansial adalah kita masih bergantung kepada pihak asing. Pemahaman ini lah yang selama ini dibenarkan, sebagai bangsa besar kita perlu sadar bahwa kita negara kuat dan tidak bergantung kepada negara lain.


Pemimpin Revolusioner
Beri aku seribu orang tua, maka akan kucabut semeru dari akarnya, beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”. Sebuah kalimat hentakan dari presiden pertama Ir. Soekarno bahwa begitu besarnya peran pemuda sebagai calon pemimpin bangsa di masa depan. Dewasa ini, pemuda harus mampu bertransformasi lebih dari sekadar peneliti, lebih dari sekadar pengajar, tetapi menjadi seorang pemimpin yang mampu menuntun bangsanya menuju kemerdekaan progresif.
Menurut KBBI, pemuda dikatakan sebagai manusia yang berumur 15-64 tahun. Namun, apa kita berhenti dalam definisi yang dinyatakan dalam angka tersebut, tentu saja tidak saudara-saudaraku. Pemuda adalah jiwa bukan angka, pemuda adalah mereka yang mampu terus memberikan dinamika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemuda adalah mereka yang menjadi motor penggerak sejarah sebuah bangsa.
Pemuda yang lahir saat ini adalah pemuda yang mampu menjadi pemimpin bagi masyarakat dan bangsa. Namun, pemimpin apa yang kita harapkan, apakah pemimpin yang kita harapkan sesuai dengan realitas kenyataan yang ada. Pemimpin revolusioner adalah jawaban dari semua pertanyaan itu. Pemimpin yang mampu memberikan perubahan secara menyeluruh, mendasar, dan paling substansial. Pemimpin yang menghargai sejarah para pendiri negara (The Founding Father) dan mewariskan semangat juang mereka dalam kehidupan saat ini.
Pemimpin yang kelihatannya seperti mimpi, namun kita tidak perlu pesimis akan hal itu. Pemimpin revolusioner pasti ada dan akan muncul pada waktu yang tepat. Kita sebagai rakyat harus tetap yakin dan percaya bahwa pemimpin kita akan memberikan perubahan yang lebih baik dengan ikut berperan dan berpartisipasi dalam segala pengambilan kebijakan dan keputusan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Panjang meraih Beasiswa Fulbright (Part 1)

Perjalanan Panjang meraih Beasiswa Fulbright (Part 2)

Perjalanan Panjang meraih Beasiswa Fulbright (Part 3)