KEMANUSIAAN YANG TERABAIKAN
Ketika
nilai-nilai kemanusiaan tidak lagi bersinergi dalam kurikulum pendidikan kita,
apa jadinya kualitas sumber daya Manusia di negeri ini.
Masih teringat dalam pikiran kita saat The Founding Father memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, saat itu Pancasila muncul sebagai dasar dan falsafah negara sampai saat ini. Bahkan segala bentuk sistem yang digunakan dalam kehidupan bermasyarakat haruslah berdasarkan prinsip dan nilai Pancasila. Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang diakui keabsahannya karena bersumber dari realitas kehidupan bangsa Indonesia. Salah satu yang ditinjau oleh penulis adalah sila ke-2 Pancasila yaitu “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”. Kemanakah nilai-nilai kemanusiaan di negeri tercinta ini ?
Masih teringat dalam pikiran kita saat The Founding Father memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, saat itu Pancasila muncul sebagai dasar dan falsafah negara sampai saat ini. Bahkan segala bentuk sistem yang digunakan dalam kehidupan bermasyarakat haruslah berdasarkan prinsip dan nilai Pancasila. Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang diakui keabsahannya karena bersumber dari realitas kehidupan bangsa Indonesia. Salah satu yang ditinjau oleh penulis adalah sila ke-2 Pancasila yaitu “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”. Kemanakah nilai-nilai kemanusiaan di negeri tercinta ini ?
Tragedi
pembakaran masjid di Tolikara, Papua menjadi saksi bagaimana nilai-nilai
kemanusiaan dipandang rendah. Tragedi di Tolikara ini tentunya bukan hanya
menjadi keprihatinan umat Islam, melainkan keprihatinan anak bangsa yang
berprikemanusiaan. Tragedi ini hanyalah segelintir tragedi pencederaan
nilai-nilai kemanusiaan di tanah air Indonesia. Senin 20 Juli 2015, CNN
Indonesia melaporkan bahwa terdapat korban jiwa sebanyak 11 orang dengan 3
diantaranya tewas tertembak polisi setempat. Terlepas dari korban jiwa, haal
yang paling substansial yaitu mengapa masalah kemanusiaan selalu menjadi masalah
yang tidak pernah tuntas dalam setiap rezim pemerintahan di Indonesia. Apalagi
mengingat kondisi masyarakat Indonesia yang terdiri dari bermacam suku bangsa.
Diktum “Bhinneka Tunggal Ika” dewasa ini hanyalah menjadi paradoks nilai-nilai
kemanusiaan.
Solusinya
kembali lagi kepada paradigma pendidikan kita yang masih belum berorientasi
kepada nilai-nilai kemanusiaan. Pendidikan kita saat ini masih sekadar utopia,
betapa besarnya kesenjangan antara apa yang diajarkan dengan apa realitas
kehidupan sebenarnya. Pemerintah harus benar-benar memperhatikan hal ini,
karena saat ini paradigma pembangunan pemerintah masih berorientasi kepada
pertumbuhan ekonomi dibandingkan kepada pembangunan manusia. Harapannya melalui
pembangunan yang berorientasi kepada kemanusiaan inilah nasionalis-nasionalis
dapat tercipta berdasarkan asas dan nilai Pancasila. Hidup Rakyat Indonesia !!!
Komentar
Posting Komentar