Wadah “Baru” bagi Pemimpin “Baru”
Hari pertama berasrama
menjadi pengalaman mengesankan selama masa perkuliahan. Seperti baru kemarin
rasanya aku masih berstatus penghuni kost, hari ini memiliki status baru
sebagai anak asrama Rumah Kepemimpinan. Tidak terasa waktu berlalu begitu
cepat. Perubahan status diri dari anak kost menjadi anak asrama Rumah
Kepemimpinan, tidak saja sekedar perubahan status diri. Tentunya menuntut
perubahan sikap, tingkah laku, dan kebiasaan sehari-hari untuk menjadi
sebaik-baiknya pemimpin masa depan.
Bertempat di asrama
inilah, nantinya sebanyak 35 orang pemimpin masa depan siap untuk menempa dan
mengasah diri selama dua tahun ke depan. Disini juga cita-cita hidup mulai
dirangkai dan dibalut oleh hangatnya kebersamaan dan kekeluargaan para penghuni
asrama. Kami menamakan diri sebagai “Heroboyo”. Iya, nama tersebut pantas
disematkan kepada para penghuni asrama sebagai tanggung jawab di masa depan
nanti yang mampu memberikan perubahan bagi lingkungan sekitar layaknya apa yang
dilakukan oleh Pahlawan.
Winston Churchill
pernah mengatakan bahwa untuk merubah seseorang, maka ubahlah pikirannya bukan
kantongnya. Rumah kepemimpinan mencoba mengajarkan hal itu kepada kami bahwa
kami di sini tidak sekadar peserta beasiswa yang memperoleh dana atau bantuan
finansial, namun terdapat hal yang lebih penting lagi yaitu suatu proses
pembinaan jati diri demi melahirkan manusia-manusia strategis.
Saya sedikit terkejut
dengan para peserta-peserta beasiswa yang juga berstatus penghuni asrama Rumah
Kepemimpinan, bahwa mereka memiliki kemampuan dan kompetensi yang sangat luar
biasa. Dari sinilah, saya mulai berpikir bahwa saya harus meluruskan niat dan
saling belajar dengan mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Kiai Haji Ahmad
Dahlan bahwa jika kau ingin belajar maka perbaikilah niatmu. Para penghuni
asrama Rumah Kepemimpinan, mereka adalah keluarga baru saya yang membutuhkan
cinta kasih dalam balutan ukhuwah islamiyah.
Di akhir tulisan ini
saya ingin menyampaikan harapan dan do’a. Bahwa saya berharap di akhir masa
asrama nanti tetap utuh sebanyak 35 orang sehingga hal ini menjadi motivasi
bagi saya untuk terus menjalin ikatan tali silaturahmi dan juga kelak mereka
yang akan memberi syafaat di akhirat kelak. Selain itu, saya berharap tujuan
saya untuk belajar di rumah kepemimpinan menjadi terwujud terutama belajar ilmu
akhirat. Karena selama ini saya berdoa semoga dapat diberikan wadah untuk
mempelajari ilmu akhirat, dan Rumah Kepemimpinanlah jawaban yang diberikan oleh
Allah SWT, sehingga hal ini menjadi pendorong bagi saya dalam meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan. Kemudian, impian untuk menjadi pemimpin yang bermanfaat
bagi kampung halaman saya kelak akan mulai dirangkai di asrama rumah
kepemimpinan ini. Bismillahirrahmanirrahim, amin.
Komentar
Posting Komentar