Jalan Para Pemimpin Muda
Pemimpin bukanlah jabatan. Pemimpin bukanlah posisi.
Sehingga, ketika orang tersebut tidak berada pada posisi atau jabatan tertentu,
apakah orang tersebut tidak pantas lagi untuk disebut pemimpin.
Pemikiran inilah yang perlu kita benahi, karena masih banyak saat ini orang-orang yang begitu ambisius mengejar jabatan atau posisi strategis, bahkan mahasiswa pun kadang secara sadar ataupun tidak memiliki pemikiran atau pemahaman ini. Sehingga, perlu adanya rekontruksi berpikir sehingga menghasilkan pemimpin sejati.
Pemikiran inilah yang perlu kita benahi, karena masih banyak saat ini orang-orang yang begitu ambisius mengejar jabatan atau posisi strategis, bahkan mahasiswa pun kadang secara sadar ataupun tidak memiliki pemikiran atau pemahaman ini. Sehingga, perlu adanya rekontruksi berpikir sehingga menghasilkan pemimpin sejati.
Sampai abad 21 ini, banyak sekali definisi tentang
kepemimpinan. Namun, penulis lebih tertarik pada definisi yang diberikan oleh
salah satu tokoh nasional. Leiden is
Lijden, memimpin adalah menderita,
istilah ini dikutip oleh Mohammad Roem dalam suatu karangannya berjudul “Haji
Agus Salim, Memimpin adalah menderita (Prisma No 8, Agustus 1977). Maka
bersiaplah para calon pemimpin dengan zona ketidaknyamanan yang dipilih untuk
dijalaninya. Definisi ini juga bisa menjadi tolok ukur bagi kondisi kehidupan
para pemimpin kita saat ini. Benarkah mereka menderita dengan tanggung jawabnya
sebagai pemimpin atau mengejar sebutan pemimpin tersebut untuk memenuhi
kepuasan diri, keluarga, kelompok, bahkan golongan tertentu.
Pemimpin menentukan jalan yang akan dilaluinya.
Bukan jalanlah yang menentukan pemimpin yang akan melaluinya. Kita analogikan
bahwa terdapat dua jalan yang akan dilalui para pemimpin dalam mencapai tujuan
yang sama, yaitu jalan yang lurus tanpa hambatan atau jalan berbelok-belok
dengan batuan dan duri-duri di jalannya. Manakah yang akan kita pilih layaknya
para pemimpin, jika kita mengetahui makna kepemimpinan yang sebenarnya, maka
jalan yang penuh tantangan lah yang akan kita pilih.
Setidaknya, teladan inilah yang dicontohkan oleh
Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah teladan sekaligus pemimpin umat sampai akhir
zaman. Shalawat serta salam tidak hentinya kita ucapkan kepada beliau. Semoga
kelak kita mendapat syafaatnya di akhirat nanti. Betapa berat jalan
kepemimpinan beliau, sehingga harus hijrah ke madinah karena tekanan yang tidak
henti-hentinya dirasakan beliau ketika berada di kota Makkah. Namun, begitulah
jalan para pemimpin, Leijden is Lijden.
Saat ini, teladan juga diberikan oleh salah satu
tokoh pemuda Surabaya, yaitu Mas Dalu Kirom. Terinspirasi dari beliau, dengan
kemampuan akademisnya, serta statusnya sebagai Ketua BEM ITS menjadikan beliau
sangat mudah pada dasarnya untuk memperoleh pekerjaan yang menghasilkan gaji
lumayan, bahkan sebagai fresh graduate pun. Namun, begitulah jalan para
pemimpin, Leijden is Lijden. Mas Dalu
rela melepaskan tawaran perusahaan-perusahaan dengan gaji dan jabatan yang
lumayan, dengan membentuk sebuah gerakan bernama Gerakan Melukis Harapan yang
bergerak di bidang sosial masyarakat di daerah gang dolly. Salah satu inspirasi
para pemimpin muda untuk mau bergerak turun ke masyarakat. Pengorbanan ini
membuahkan hasil ketika prestasi-prestasi diraih oleh Mas Dalu Kirom dkk. Mulai
dari pemuda pelopor, sampai yang baru ini SCTV Awards. Kisah-kisah teladan
inilah yang hendaknya menjadi contoh kita para pemimpin masa depan dalam
menyiapkan diri untuk Indonesia yang lebih dan bermartabat.
Rumah Kepemimpinan menjadi salah satu wadah yang
berusaha mewujudkan hal itu. Dan saat ini, saya tengah menjadi ‘tumbal’ di
kawah candradimuka ini. Mengapa tumbal, karena pada hakikatnya tidak ada
manusia yang ingin menderita, namun dengan perasaan mewaqafkan diri untuk
dibina dan dibentuk sedemikian rupa demi Indonesia mulia. Karena mewujudkan
cita-cita Indonesia tidaklah mudah, banyak hal yang akan dikorbankan. Termasuk
kami, para peserta Rumah Kepemimpinan yang harus bersiap untuk dikorbankan demi
kemajuan negeri ini. Konsekuensi ini kami sadari, namun tetap kami jalani.
Karena satu hal, yaitu rasa cinta yang telah mengharu-biru perasaan kami,
menguasai perasaan kami, memeras habis air mata kami, dan mencabut rasa ingin
tidur dari pelupuk mata kami (Sepenggal kalimat dari Idealisme Kami, Rumah
Kepemimpinan PPSDMS Nurul Fikri). Jika Soekarno membutuhkan 10 pemuda untuk
mengguncangkan dunia, maka Rumah Kepemimpinan memiliki 270 Pemimpin Muda yang
siap mengguncang alam semesta beserta isi-isinya
Konkrit dan lugas... Lanjutkan.
BalasHapusKeren kawan..
BalasHapusLanjutkan
Mantap bro
BalasHapus