Refleksi HUT RI ke-71 : Cara Kami Para HeroBoyo
Hari ini 17 Agustus
2016 merupakan hari yang bersejarah bagi bangsa kita. Pertama, bersejarah
karena tepat 71 tahun yang lalu, Soekarno-Hatta mewakili seluruh rakyat
Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia sebagai sebuah negara.
Kedua, karena hari ini merupakan hari ulang tahun ku yang ke-20 tahun. Menjadi lebih spesial karena saya rayakan dengan 34 saudara HeroBoyo (sebutan untuk peserta Rumah Kepemimpinan Regional 4 Surabaya).
Kedua, karena hari ini merupakan hari ulang tahun ku yang ke-20 tahun. Menjadi lebih spesial karena saya rayakan dengan 34 saudara HeroBoyo (sebutan untuk peserta Rumah Kepemimpinan Regional 4 Surabaya).
Demi mengisi kegiatan
peringatan hari Kemerdekaan RI yang ke-71, hari ini saya dan teman-teman
sepakat untuk mengisinya dengan kegiatan Creative
Campaign. Pagi harinya, setelah melaksanakan apel kemerdekaan, kami segera
bersiap-siap. Dengan mengenakan kaos putih dan ikat kepala merah, saya dan
teman-teman siap untuk menyebarkan semangat-semangat positif para pemimpin
muda. Sebelum memulai perjalanan, kami awali dengan berdo’a kepada Allah SWT,
semoga apa yang kami lakukan pada hari ini senantiasa mendapat rahmat dan
berkah-Nya. Setelah berdo’a, Rindan (Korlap pasukan HeroBoyo) memberikan
instruksi mengenai apa yang harus kita lakukan selama berlangsungnya kegiatan
dan perjalanan.
Merdeka,
merdeka, merdeka ! Begitulah kira-kira pekikan para 35
pemimpin muda begitu keluar dari kawasan asrama Rumah Kepemimpinan. Layaknya
Gatotkaca yang keluar dari kawah candradimuka dengan segala kekuatannya siap
membasmi tindakan-tindakan penindasan di dunia, begitulah kira-kira kami yang
siap menyebarkan aura-aura positif pada masyarakat Kota Surabaya. Lokasi
pertama, saya dan teman-teman menuju perempatan Jalan Raya Ngagel. Dalam
perjalanan menyebarkan aura-aura positif, kami hadir tidak dengan tangan
kosong, bersenjatakan megaphone, poster, dan sticker-siticker propaganda, kami
menjalankan misi ini.
Di tengah-tengah
perjalanan, semangat-semangat kami tularkan kepada masyarakat melalui
nyanyian-nyanyian lagu nasional, mulai dari lagu 17 Agustus, Indonesia Pusaka,
Sorak-sorak Bergembira, Maju tak gentar, Bagimu Negeri, dan lagu nasional
lainnya. Dengan bentangan poster-poster provokatif, nyanyian dan teriakan
melalui megaphone, serta sticker-sticker propaganda yang disebarkan kepada
masyarakat selama perjalanan menjadi tugas saya dan teman-teman. Setelah
menempuh perjalanan kaki sekitar 15 menit, kami sampai di spot pertama. Setelah
sampai di spot pertama, Hafizhul (presiden asrama kami) melakukan briefing dan
orasi penyemangat bagi kami.
Namun, tidak disangka
di pertengahan briefingnya, saya mendapat kejutan dari teman-teman asrama.
Kejutan itu adalah menggunakan papan tulis yang digantung di leher, bertuliskan
“hari ini adalah hari kemerdekaan Indonesia dan juga hari ulang tahunku”. Iya,
dengan perasaan tertantang, saya terima dan menggunakan papan tulis tersebut,
hahahaha (tidak penting).
Pada spot pertama ini,
saya dan teman-teman melakukan sedikit penertiban para pengguna jalan khususnya
sepeda motor yang seringkali melebihi rambu zebra cross sehingga tidak sering
menyebabkan bahaya dari arah yang lain. Bahkan pada saat kami mengawali aksi
pertama, terdapat seorang pengguna sepeda motor yang melebihi rambu zebra
cross, dan hampir tertabrak pengguna jalan lain dari arah lain, untungnya
pengguna sepeda motor tersebut sempat menghindar sehingga tidak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan. Dengan sedikit perasaan malu mungkin, pengguna sepeda
motor tersebut memutar sepeda motornya untuk menghilang dari pandangan kami
(hehehe).
Begitu lampu merah,
rindan berdiri di tengah jalan rambu zebra cross berorasi mengenai pentingnya
menaati peraturan lalu lintas, beberapa teman menasihati pengguna sepeda motor
yang pada saat itu melebihi rambu zebra cross untuk sedikit mundur sehingga
tertata secara rapi, sisanya teman-teman yang lain menyebarkan sticker kepada
pengguna jalan yang sedang berhenti di lampu merah, baik mobil, sepeda motor,
sampai kepada bapak-bapak tukang becak. Bahkan tidak jarang, pengguna jalan
juga meneriakkan kata “Merdeka !!!” kepada kami. Apresiasi hangat nan semangat
itulah yang juga menambah api semangat saya dan kawan-kawan. Setelah sekitar 30
menit, kami melanjutkan perjalanan menuju spot kedua yaitu di perempatan
terminal Bratang.
Tanpa rasa malu dan
sungkan, kami terus menyanyikan lagu-lagu nasional di sepanjang perjalanan.
Ditambah kibaran sang saka merah putih, menambah percaya diri kami bahwa disini
kami membawa misi yang bersih dan suci, bersih dari ambisi pribadi, bersih dari
kepentingan dunia, dan bersih dari hawa nafsu. Sekitar 10 menit perjalanan,
akhirnya kami sampai di perempatan terminal bratang. Sesampainya di sana, kami
melakukan hal yang sama saat di spot pertama tadi. Namun, di spot kedua ini,
kedua orang teman bernama haekal dan jabir sempat melakukan sedikit orasi.
Dengan semangat dan kata-kata yang provokatif, mereka berdua menambah panasnya
pagi hari di Kota Surabaya. 15 menit kami aksi di perempatan terminal bratang,
selanjutnya kami melanjutkan perjalanan selanjutnya menuju Kebun Bibit Bratang.
Panasnya terik matahari
tidak menghalangi niat kami, asap polusi kendaraan tidak menyurutkan langkah
kami untuk menyebarkan semangat-semangat positif HUT RI ke spot terakhir yaitu
Kebun Bibit Bratang. Pada tempat terakhir ini, kami mengampanyekan tentang
kebersihan dan kesehatan lingkungan. Alasan kami mengambil spot terakhir kebun
bibit karena merupakan tempat wisata keluarga yang ramai dikunjungi, apalagi
ketika hari libur nasional seperti hari ini. Sebelum memasuki kawasan, saya dan
kawan-kawan membeli karung dua buah, gunanya untuk wadah bagi sampah yang
berserakan di area kebun bibit.
Benar saja, ketika kami
memasuki areal kebun bibit, masih saja ada sampah air mineral gelas yang
berserakan di sudut-sudut taman. Namun, karung yang kami bawa cenderung tidak
berguna karena mudahnya akses tong sampah di dalam areal kebun bibit ini.
Sesampainya di tengah-tengah kebun, kami kembali lagi menyebarkan aura-aura
positif dengan menyanyikan beberapa lagu nasional, namun kali ini saya dan
kawan-kawan mengajak anak-anak yang berada di sekitar kebun untuk turut
bernyanyi mengikuti kami. Alangkah senang dan bahagianya hari ini, dapat
berbagi kebahagiaan dengan anak-anak kecil di Kebun Bibit. Setelah itu,
kegiatan ini kami akhiri dengan orasi bergilir, dimulai dari Arif (Mahasiswa
ITS), kemudian saya sendiri (Mahasiswa UNAIR), kemudian Fajar (Mahasiswa ITS),
dan terakhir ditutup oleh Ridho (Mahasiswa ITS). Masyarakat pun turut senang
dengan kehadiran dan kampanye yang kami lakukan, berbagai tanggapan positif
disampaikan oleh masyarakat, mulai dari bapak-bapak, ibu-ibu, sampai anak-anak
pun turut memberikan tanggapan.
Pelajaran hari ini yang
saya dapatkan yaitu bahwa tindakan kecil yang kami lakukan secara berjama’ah,
insya Allah akan mendapat hasil berupa perubahan besar yang bahkan tidak kami
sadari. Karena perubahan besar dihasilkan oleh tindakan kecil yang konsisten
serta kesabaran menjaga waktu secara disiplin. Maka, bersiaplah masyarakat
Indonesia untuk aksi-aksi kami HeroBoyo 8 di edisi-edisi selanjutnya. Satu
Nyali, Wani !
Beginilah Kami : https://www.youtube.com/watch?v=ni1AYgjyJw8
Komentar
Posting Komentar