Refleksi Pendidikan Seutuhnya




Prof Daniel M. Rosyid. Pertama kali bertemu, saat beliau menjadi juri pada ajang lomba karya tulis ilmiah tingkat nasional. Kesan pertama yang tampak pada diri seorang guru besar ITS ini adalah sifatnya yang ramah dan terbuka ketika bertemu dengan orang baru. 

Malam ini saya bertemu kembali dalam acara berbeda yaitu Dialog Tokoh Rumah Kepemimpinan Surabaya. Bersama dengan 34 pemimpin muda lainnya, kami mendapat ilmu baru dari beliau, lebih tepatnya cita-cita baru dalam membangun Indonesia. Beliau menyampaikan tentang Paradigma Pendidikan Seutuhnya. 

Dewasa ini, pendidikan di Indonesia atau bahkan hampir di seluruh negara di muka bumi ini memakai paradigma schools system, ditunjukkan dengan adanya keseragaman, kurikulum, serta umumnya guru yang minim kreativitas. Selain itu, pendidikan saat ini juga cenderung menyiapkan siswa/i nya untuk menjadi pekerja sesuai kebutuhan industri kerja. Ada mutu/standar yang perlu dipenuhi guna menyiapkan siswa/i ini nanti menjadi lulusan siap kerja. Maka tidak salah, ketika banyak orangtua menuntut anaknya untuk belajar yang baik di sekolah agar pintar, kemudian masuk SMP terbaik, kemudian masuk SMA terbaik, kemudian masuk perguruan tinggi terbaik, kemudian lulus dan bekerja di bidang terbaik yang memiliki gaji tinggi. Tak ada yang salah dgn alur kehidupan tersebut, namun alangkah pendeknya pemikiran kita ketika menyempitkan makna pendidikan hanya untuk bekerja. Pada akhirnya, pendidikan diciptakan untuk kepentingan industri, bukan untuk kepentingan belajar. 

Kembali Ke Keluarga
Hal terlupakan dalam sistem pendidikan kita, adalah pendidikan selalu diidentikkan dengan sekolah atau kampus. Maka, selayaknya kita mencoba meredefinisi makna pendidikan ke dalam lingkup terkecil masyarakat yaitu Keluarga. Kita coba kembalikan fungsi pendidikan dalam Keluarga, sesuai tuntunan Rasulullah SAW. Orangtua merupakan guru pertama dan perlu mendapat posisi utama dalam sistem pendidikan di Indonesia. Prof Daniel M. Rosyid pun di akhir dialognya menegaskan perlunya wacana pendidikan yang perlu dikembangkan saat ini adalah "Berguru, bukan Bersekolah". Jadi, pertanyaan yang muncul pada akhirnya adalah siapa gurumu, bukan darimana sekolahmu?
 
#SharingKnowledge
#Heroboyo8
#RumahKepemimpinanSurabaya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Panjang meraih Beasiswa Fulbright (Part 2)

Perjalanan Panjang meraih Beasiswa Fulbright (Part 3)

Perjalanan Panjang meraih Beasiswa Fulbright (Part 1)