Amien Rais : Tokoh dibalik Reformasi '98
Baru
kali ini mencoba mereview biografi salah satu tokoh reformasi Nasional yang
sampai saat ini pantas untuk dijadikan teladan. Beliau bernama Amien Rais,
kelahiran Solo 26 April 1944. Dilahirkan dari latar belakang keluarga
Muhammadiyah. Mulai dari kakeknya yang mulai masuk Islam dan menjadi aktivis
Muhammadiyah sejak mendengarkan ceramah dari KH Ahmad Dahlan, kemudian ayahnya
bernama Syuhud Rais seorang mubaligh dan ibunda bernama Ny. Sudalmiyah yang
dulunya pernah memimpin Aisyiyah selama 20 tahun di Solo.
Buku
ini mencoba memberikan ulasan kiprah kepemimpinan Amien Rais sejak dari
organisasi kepanduan Hizbul Wathan, kemudian menuju organisasi Muhammadiyah.
Dari organisasi keagamaan, kemudian ijtihad politik pun dilakukan oleh beliau
dengan mendirikan partai politik bernama PAN (Partai Amanat Nasional). Beliau
dapat dikatakan sebagai satu-satunya orang yang beruntung untuk kemudian
membuka kran demokrasi melalui reformasi. Kritik beraninya terhadap
pemerintahan orde baru disaat beliau menjadi ketua PP Muhammadiyah diakui
kemudian mendorong tokoh-tokoh lain untuk meneriakkan hal yang sama, hingga
reformasi pun dapat terwujud. Ketika reformasi terwujud, beliau sempat berpikir
untuk menyudahi perjuangannya di bidang politik, namun dorongan dari para kolega
untuk kemudian menjaga marwah dari reformasi akhirnya memutuskan beliau untuk
maju menjadi Ketua MPR RI. Walaupun sempat ada perbincangan dari para tokoh
saat masa transisi untuk menjadikan Bapak Amien Rais sebagai Calon Presiden.
Namun, akhirnya MPR yang dipimpin oleh Amien Rais memutuskan menunjuk Bapak
Abdurrahman Wahid untuk menjadi Presiden RI.
Sumbangan
pemikiran beliau bagi Muhammadiyah dan masyarakat Indonesia sangat penting.
Salah satu gebrakan beliau yaitu membuat bengkel dakwah dan membuat peta dakwah
di Indonesia. Dari bengkel dakwah ini, kemudian dapat disimpulkan ternyata
sekolah-sekolah swasta non-muslim jauh lebih banyak daripada yang dimiliki
Muhammadiyah dan sekolah-sekolah Islam yang lain. Kemudian, melalui peta dakwah
dapat diperkirakan potensi tabligh Muhammadiyah dengan membuat daftar jumlah
mubaligh beserta latar belakang pendidikan, sosial, ekonomi, dan sebagainya. Beliau
juga merupakan pimpinan pertama Muhammadiyah yang berasal dari kalangan
intelektual, karena memang sebelumnya ketua Muhammadiyah berasal dari kalangan
para ulama. Beberapa gagasan pembaharuan pun dilakukan yaitu mulai dari
pembersihan akidah, peningkatan jumlah kader, memperbarui semangat
bermuhammadiyah dan semangat beragama, dan adanya pemahaman tauhid sosial.
Sumbangan
pemikiran beliau diawali dari munculnya keresahan dengan fenomena umat Islam di
Indonesia. Beliau mengistilahkan fenomena tersebut bahwa mayoritas Islam itu
hanyalah sebuah mayoritas kuantitatif tetapi hakikatnya telah menjadi minoritas
kualitatif. Salah satu pandangan beliau yang sering diutarakan yaitu berbicara
mengenai demokrasi, khususnya berkaitan dengan mayoritas dan minoritas.
Demokrasi yang dianggap sesat yaitu usaha dari suatu kelompok minoritas agar
mereka memiliki gerak yang dominan dalam suatu lingkungan masyarakat. Padahal,
menurut Amien Rais, umat mayoritas tetap harus dapat porsi yang proporsional
tanpa melupakan kepentingan minoritas satu menit pun. Artinya, keadilan sejati
dapat terwujud apabila umat muslim sebagai umat mayoritas dan tulang punggung
bangsa ini mendapatkan porsi yang proporsional, layak, dan tentu tanpa
sedetikpun melupakan arti sebuah meritokrasi yang objektif. Demokrasi sangat
kompatibel dengan Islam. Beliau mengatakan “I Believe in democracy 100 percent.
Because Democracy runs parallel with basic Islamic teachings”. Demokrasi yang
tidak ada Islam akan menjerumuskan diri dalam sekulerisme yang anti
kemanusiaan. Bedanya Islam adalah god-made dan Demokrasi adalah Man-made.
Dalam
konteks perjuangan umat Islam, pengalaman penting beliau yaitu bahwa beliau
juga merupakan salah seorang pendiri ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim
Indonesia). Walaupun, pada saat itu akibat desakan dari Pak Soeharto, beliau
akhirnya mengundurkan diri dari ICMI demi keselamatan bersama. Disini, Pak
Amien Rais banyak bertemu dengan tokoh-tokoh intelektual lain seperti Pak
Habibie.
Terakhir,
pemikiran beliau mengenai tata dunia global. Yang mana beliau memprediksi bahwa
Amerika Serikat yang saat itu berhasil memenangkan perang dunia ke-II dan menjadi
Negara super power. Gagasan Amerika Serikat untuk membangun Pax Americana pada
hakikatnya mirip dengan isi Mein Kampf Adolf Hitler. Dan korban kemanusiaan pun
bisa kita saksikan di Negara-negara timur tengah. Instrumennya tentu saja
melalui PBB, World Bank, IMF, serta lembaga lainnya. Sikap kekhawatiran Amien
Rais apabila pemerintah Indonesia kepada Amerika Serikat terus-menerus bersikap
seperti agen kepada tuannya, seperti klien kepada patronnya, bisa jadi
Indonesia semakin tersesat. Padahal, pentingnya bangsa Indonesia sesuai UUD
1945 agar secara tegas melakukan pembelaan terhadap bangsa yang terjajah.
Komentar
Posting Komentar