Jangan Remehkan Kata-kata
Dewasa
ini, kita tengah terjebak dalam penempatan istilah yang tidak semestinya. Ya
istilah “jangan hanya bisa berwacana saja”. Secara kasat mata, pernyataan
tersebut terlihat baik-baik saja dan terlihat menggambarkan realitas para
generasi millennial. Generasi yang diasumsikan sebagai generasi cakap
berkata-kata, namun gagap dalam bersikap dan bertindak. Bukan tanpa alasan,
adanya asumsi-asumsi seperti itu, diakibatkan oleh relasinya dengan dunia maya
serta kemudahan-kemudahan lainnya dalam menghasilkan ucapan namun minim
tindakan. Dunia yang cakap dimiliki oleh generasi saat ini, dan tidak dimiliki
oleh para generasi pendahulunya.
Realitas
ini mudah kita temui, misalnya ketika kita menyepakati perihal kegiatan buka
puasa bersama di grup-grup media sosial yang kita miliki, pasti ada salah satu
orang yang secara sengaja menyebutan “ayo konkritkan” atau malah memberikan suatu
pesimisme seperti “pasti wacana lagi” atau “halah pasti wacana saja”. Sekali
lagi, tak ada yang salah, namun obrolan-obrolan tersebut membuat kita terjebak
bahwa wacana adalah sesuatu yang tidak penting atau bahkan membuang-buang
waktu, mending langsung action saja dan tidak usah banyak omong. Diskursus
tersebut menimbulkan ekses dan berlaku secara umum bahwa anak muda tidak usah
kebanyakan berwacana, mending langsung action saja.
Terinspirasi
dari dialog dengan salah satu tokoh nasional, yaitu Anies Baswedan. Bahwa
kepemimpinan memiliki tiga tahapan yaitu gagasan, kata-kata, dan kerja. Saat
ini kita mengalami degradasi pada tahap kedua yaitu kata-kata atau wacana.
Wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang
satu dengan proposisi yang lain sehingga membentuk satu-kesatuan. Bahkan dalam
dialognya, Pak Anies menekankan bahwa jangan remehkan kata-kata. Istilah
kata-kata atau wacana saat ini mengalami degradasi makna akibat obrolan para
generasi millenial di media sosial secara berulang-ulang sehingga menjadi
kebenaran semu (post-truth). Ada semacam paradoks bahwa kata-kata tidak lagi
dibutuhkan di era sekarang ini, kerja kerja dan kerja lah yang dibutuhkan. Keduanya
berkaitan erat dan tidak saling mengeliminir.
Padahal,
dahulu Negara Indonesia dibangun juga berkat kata-kata yang luar biasa.
Indonesia Merdeka adalah sebuah gagasan atau ide, yang kemudian mendorong para
pendiri negara untuk hadir memvisualisasikan gagasan tersebut menjadi
kata-kata. Tan Malaka dengan bukunya berjudul “Naar de Republiek Indonesia”
(Menuju Republik Indonesia). Kemudian, Bung Karno dengan bukunya “Mencapai
Indonesia Merdeka”. Kemudian, pidato Bung Hatta dalam sidang Internasional
berjudul “Indonesie Vrij” (Indonesia Merdeka), serta kata-kata lainnya.
Karya-karya tersebut adalah sebuah visualisasi dari ide yaitu kata-kata.
Sehingga, jangan meremehkan kata-kata.
Komentar
Posting Komentar