Senja di Negeri Matahari Terbit
Akhirnya baru
ada kesempatan untuk sekadar berbagi pengalaman saat Juli 2018, saya diberi
kesempatan untuk mendatangi negeri matahari terbit, yap Negara Jepang. Salah
satu negara yang menarik bagi para wisatawan dunia karena kebudayaan manusia dan
perkembangan teknologinya. Jepang seolah-olah mengawinkan antara kebudayaan
tradisionalnya dengan perkembangan teknolgi yg tetap up to date.
Di awal ini,
saya akan tekankan dahulu bahwa ini bukan sekadar jalan-jalan, hehe. Saya dan
seorang teman saya mengikuti Konferensi Internasional tentang Pendidikan dan
Teknologi Multimedia. Sekitar sebulan sebelumnya saya menerima email dari pihak
panitia bahwa paper yang saya kirim berjudul “the role of Broadband Learning
Center (BLC) in Elevating Career Woman Technological Capabilities (Study in
Wonorejo, Surabaya)” berhasil lolos tahap review dan diminta untuk presentasi.
Kami punya waktu sebulan untuk mempersiapkan segalanya, mulai dari mengurus
visa, mempersiapkan bahan presentasi, latihan presentasi, sampai mencari dana
untuk biaya akomodasi dan perjalanan.
Hal yang tidak
mudah dan butuh pengorbanan lebih, bahkan sampai seminggu sebelum acara, kami
belum bisa memenuhi target perolehan dana. Awalnya saya agak pesimis, karena bantuan
dana dari kampus hanya mengakomodir tidak sampai 50 %. Namun, kami tetap
percaya bahwa jika ada kemauan disitu pasti ada jalan. Saya coba hubungi
seluruh jejaring dan menceritakan pengalaman saya, dan finally we did it. Saya
berangkat dengan pemesanan pesawat sekitar H-4 sebelum acara. Di sini saya
percaya bahwa dengan take action, miracle happen.
Di jepang, venue
kegiatan dilaksanakan di kota Okinawa yaitu terletak di Jepang paling selatan,
sehingga cukup jauh terpisah dengan pulau utama yang disitu ada kota-kota besar
seperti Tokyo, Kyoto, Osaka, dan lainnya. But, I am really satisfied with this
journey. Walaupun ini bukan pertama kalinya study abroad, tapi perjuangan untuk
bisa mencapai titik ini menurutku adalah suatu pengalaman yang tidak ternilai.
Saya pun
melaksanakan presentasi hasil penelitian, dan surprisingly pada kegiatan ini, I
am only one bachelor student. Walaupun agak ragu awalnya, namun kami banyak
bertukar pikiran dengan para peserta lainnya. Saya bertemu dan bertukar wawasan
dengan peserta dari Tanzania yang saat ini sedang berkuliah di Jepang. Dia
sangat tertarik dengan masyarakat Indonesia, khususnya dengan toleransi dan
keberagamannya. Saya juga bertemu dengan salah satu profesor dari Shibaura Institute
of Technology, beliau banyak bercerita tentang kebudayaan jepang serta
pengalamannya bertemu dengan foreigners. Dan beliau sangat appreciate dengan
kehadiran kita di Okinawa Jepang.
Selain mengikuti
konferensi, saya sempatkan untuk mengunjungi saudara sebangsa setanah air yang
sedang berkuliah di kota Okinawa, yap Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI)
Okinawa. Saya disambut dengan hangat dan diajak berkeliling di kampus mereka
yaitu Ryukyus University, salah satu kampus negeri di Jepang. Kami pun saling
bertukar pendapat dan wawasan terkait studi di Jepang. Well, sangat tertarik
banget untuk melanjutkan studi disini, ya walaupun tidak ada jurusan yang cocok
dengan jurusan yang sedang aku tekuni. But, If I am given chance from Allah, I
want to back to here.
Saya pun sempat
mengunjungi beberapa fasilitas kampus seperti kantin, beberapa fakultas, dan
lainnya. Dan dua kata mewakili kampus ini yaitu tenang dan rapi. Walaupun
dihuni oleh banyak mahasiswa baik domestik atau internasional, saya kaget
ketika masuk ke gedung-gedung kampus, saya jarang menemukan keramaian atau
semacamnya. Hanya ada satu gedung yang ramai yaitu asrama mahasiswa. Well,
karena banyak dihuni mahasiswa lintas negara, sehingga budaya Jepang pun tidak
akan tampak di asrama. Bahkan, untuk sekadar menyeberang jalan pun, saya tidak
bisa sembarangan karena ada jalur khusus untuk menyeberang. Walaupun belum
terlalu terbiasa, namun it’s very fun.
Di hari
terakhir, saya juga menyempatkan berwisata ke salah satu ikon wisata di pulau
Okinawa yaitu Shourijo Castle. Kastil ini didirikan sekitar abad ke-15 dan
masih dipertahankan bentuknya sampai sekarang. Ya hampir seperti situs-situs
kebudayaan lainnya, kastil ini ramai dikunjungi oleh wisatawan asing. Saya pun
sangat mengapresiasi bagaimana Jepang mempertahankan dan mengelola situs-situs
kebudayaannya. Sayangnya waktu itu, kastil utama tersebut sedang dilakukan
pemugaran, sehingga saya hanya bisa mengabadikan foto melalui sisi depan
kastil. But overall, perjalanan singkat yang menarik bisa belajar banyak dari
Okinawa Jepang. Sampai bertemu di perjalanan dan kisah selanjutnya, nantikan…:D
Komentar
Posting Komentar